buble

Rabu, 28 Agustus 2019

Tatapan seperti itu yang aku mau

hai!, aku katakan kepada perempuan yang kutemui di GSP lantai dua,
perempuan dengan tatapan galak, yang ternyata tidak semenakutkan kala itu
seseorang yang tekun akan sesuatu yang dijalaninya
membuatnya terasa sempurna jika bisa bertukar pikiran bersama

fotomu kala itu hanya bisa kulihat di kartu ujian
itu saja, aku hanya bisa mencuri waktu untuk bisa melihatnya
apakah dia seorang pria?
entahlah, bilang hai saja, setelah 2 bulan tertawa bersama.

dingin, dingin ku rasa sifat bawaanmu
tidak perlu bertanya banyak, mata itu yang menuntun ku kepada jawaban mu
sikap yang apik, ketika menjadi lawan
bersa menyenangkan jika ku ajak berteman.

kala itu kita berada di pertengahan
aku yang ciut hanya diam memperhatikan
menyadari bahwa ada seseorang yang baik untuk jadi teman
memperingatkan bahwa kamu harus mundur perlahan.

aku belajar bahwa bermain aman
mempunyai resiko kehlangan
aku bukan lah pria pertama yang dekat dengannya
sehingga hilang bagian yang untuk dikenang dalam hidupnya

gagal!, kali ini aku gagal bersemubnyi di balik  kata-kata bijak
yang selalu mampu membuatku merasa tangguh
saat itu aku baru saja bertemu dengan kata "rela"
yang rasanya ternyata sepahit kopi dari jawa

berpuluh purnama menekan diri ini untuk terbiasa
radio mobil mengganti playlist lagu yang biasa didengarnya
jika kalian mengira ini akhir dari cerita
maka tebakan itu adalah sia-sia

malam itu adalah malam paling bahagia bagi semua orang
bagaimana tidak, semua orang hampir ada kala itu
kumpul terakhir dengan mengenang kenangan yang ada
memang paing asik untuk melihat cerita lama

yang ku tau waktu itu pukul 2 pagi
seseorang merasa resah
marah dan kesal bercampur di matanya
mata yang berbeda pada saat ku lihat waktu pertama

tuhan, benar saja
dia menagis untuk seseorang yang telah menemaninya
menangisi akan dosa yang telah dia perbuat
karena dia merasa kecewa gagal untuk merubahnya

tidak pernah disangka
seorang wanita bisa mengis seperti itu
menangiskan seseorang yang telah mengecewakannya
yang mungkin aku sendiri tidak pernah melakukan hal seperti itu

terasa percuma aku bicara
memberikan harapan yang aku juga tidak bisa bayangkan
maukah kalian tahu apa obat sakit hati itu?
obatnya adalah orang yang menyakitinya

Lambat laun waktu berjalan
waktu kembali mempertemukan
aku dan perempuan yang membuatku kaku
yang membuatku berbeda ketika jadi lawan bicara

entah dimulai dari mana
tugas menjadi progresif ketika mengerjakan bersama
dimulai dengan makan malam
dan disambung dengan dialog dini hari

mungkin momen saat itu ingin memohon untuk memperlambat waktu
namun, berjalan cepat seolah tak peduli
tugas demi tugas diselesaikan
hingga akhirnya mendekati ujian

ceritaku masih sangat panjang
tapi aku malas untuk mengingatnya
terlalu banyak bicara di tulisan ini
mengungkap kejujuran mendalam dalam pikiran ini

untuk perempuan itu, maafkan jika aku menulis sesuatu tentang mu
maafkan jika aku tidak selalu ada,
tidak selalu menjadi pria yang kamu panggil pertama kali
dan selalu bersembunyi dalam kemunafikan perkataannya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar